Sabtu, 03 Desember 2011

Pertanyaan:
Sebagai guru di pendidikan anak usia dini, tentu kita harus memahami tahapan-tahapan perkembangan anak. Pertanyaannya, apa saja perkembangan-perkembangan yang dilalui pada masa usia dini?

Jawaban :
Memang benar, berdasarkan kompetensi pedagogik yang harus dikuasai oleh guru, hal tersebut sudah dijelaskan secara panjang lebar. Di bawah ini, adalah penjelasan singkat tentang tahapan-tahapan perkembangan yang dilalui oleh anak pada masa usia dini.

Jean Peaget (1986) dalam buku “The Theories Of Learning”, menganggap usia dini merupakan usia pada tahap perkembangan preoprational thinking (sekitar usia dua sampai tujuh tahun). Pada tahap pertama, anak sudah mulai dapat membentuk konsep-konsep sederhana. Pada usia itu (dua sampai empat tahun), anak mengklasifikasikan berbagai macam benda tertentu berdasarkan kemiripannya dan dengan tingkat kesalahan yang relatif tinggi. Seperti menyebut semua lelaki adalah “ayah” (Hergenhahn & Olson, 2008:318).

Pada tahap kedua (usia empat sampai tujuh tahun) anak mulai mampu memecahkan masalah-masalah secara intuitif, tetapi masih terlepas dari kaedah-kaedah logika. Misalnya; anak akan selalu menganggap genangan air yang lebih tinggi memiliki volume/isi yang lebih banyak, tanpa mempertimbangkan luas lahannya. Tidak hanya itu, secara naturalistik anak juga mengalami perkembangan moral.

Menurut Piaget dalam Hurlock (1991), membagi perkembangan moral menjadi dua tahapan, meliputi; (1) moralitas pembatasan, dan (2) moralitas oleh kerjasama. Perkembangan moral pada anak usia dini terletak pada tahapan pertama (moralitas pembatasan), anak hanya memandang peraturan sebagai bahan yang kaku, dan belum bisa menilai makna aturan secara luas. Anak-anak memandang peraturan sebagai sesuatu hal yang abstrak tetapi menuntut (pengekangan). Itu sebabnya, peraturan dianggap sebagai konsekwensi atas apa yang Ia perbuat.

Searah dengan Piaget, Kohlberg dalam Faridah (2006) memandang perkembangan moral melalui tiga tahapan. Diantaranya; (1) moralitas prakonvensional, (2) moralitas konvensional, dan (3) pascakonvensional. Pada anak usia dini, perkembangan moral masih dalam lingkup prakonvensional (4-9 tahun), dengan ciri anak hanya tunduk pada aturan dari luar. Maksudnya, anak belum mampu memandang sebuah aturan berdasarkan nilai-nilai dan manfaat yang terkandung di dalamnya.

Pada tahap awal, perilaku anak cenderung dikendalikan oleh akibat fisik dari apa yang diperbuatnya (konsekwensi). Mereka lebih memandang aturan sebagai larangan yang berdampak pada hukuman. Misalnya, anak tidak akan melawan orangtuanya sebab Ia takut akan dipukul (hukuman). Pada tahap selanjutnya, perilaku moral anak akan berubah dan dikendalikan oleh motivasi atau penghargaan yang akan diterima (hadiah). Merekan sudah memandang aturan sebagai bentuk motivasi yang mengandung kemanfaatan. Misalnya, anak mau membantu orangtuanya sebab Ia ingin dipuji atau dibelikan hadiah. 

Teori perkembangan moral tersebut, hanya sebuah ungkapan yang bersifat eksperimental. Kecenderungan pada aspek mana yang dipilih (positif atau negatif) berada diluar garis-garis standar perkembangan anak. Sebab kandungan moral selalu berkaitan dengan nilai-nilai yang mereka anut. Artinya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangan anak tersebut, dan salah satu faktornya (bersifat pisitif) adalah sosialisasi moral dan nilai-nilai agama melalui bidang pendidikan.

0 komentar: