Rabu, 29 Oktober 2014

Materi:
Salam secangkir kopi, cukup dingin suasana malam kala itu dengan canda gurau dan kita berfikir kearah “bagaimana sebenarnya rizki, apakah memang kita yang menentukan dengan usaha kita ataukan Allah yang dengan kehendaknya memberikan seberapapun dan untuk siapapun”

Bahasan:
وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
“dan tiada satu pun makhluk bergerak di bumi melainkan dijamin Allah rezekinya (Surah Hud, ayat 6)".
Sudah jelas kalau kita melihat ayat pembuka di atas, bahwa untuk masalah rizki memang semua itu ada ditangan Allah dan semua sudah dijamin oleh-Nya. Sekarang kalau memang kita semua sudah dijamin, lantas darimana datangnya jaminan rizki itu? Untuk pertanyaan ini Allah juga sudah menjawab melalui firman-Nya:
“...Dan Dia akan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu (Surah At-Thalaq, ayat 3)...”
Yah, Allah menjamin dan Allah yang akan mendatangkannya. Itulah satu bukti kasih sayangnya. Namun jika memang demikian janji Allah, mengapa kita hanya dapat rizki selagi bekerja. Bukankah itu menandakan rizki pada hakikatnya tergantung bagaimana kita berusaha dan tidak?. Allah memang maha tahu akan pertanyaan dan keraguan hambanya, itu sebabnya Allah juga menegaskan melalui firmannya:
“Siapakah yang dapat memberi rezeki kepada kamu jika Allah menahan rezekiNya. (Surah Al-Mulk, ayat 21)”
Ayat diatas menegaskan pada kita semua bahwa hakikat rizki sepenuhnya ada dalam urusan Allah, apapun hak yang seharusnya kita miliki tidak akan pernah sampai pada kita jika Allah menahan atau belum menghendakinya. Mungkin diantara kita (termasuk saya pribadi) pernah suatu ketika hendak mengambil uang gaji melalui ATM dan ternyata trouble hingga kita harus mengurus sekitar satu minggu baru uang kita bisa dicairkan. Ini salah satu bukti kecil tentang bagaimana kehendak Allah lebih kuasa dari segala yang sudah semestinya bagi manusia.

Mungkin kita sudah sedikit bisa memahami, tapi mungkin juga masih akan timbul dalam benak kita tentang buat apa kita kerja siang malam, usaha penuh kegigihan kalau ternyata semua sudah digariskan. Ini sebenarnya yang patut kita hayati dari sekian ayat Allah tentang rizki. Pertama, Allah menjamin. Kedua, Allah mendatangkan dari manapun tanpa disangka. Disinilah kita mulai terarah bagaimana dan kemanakah allah memberikan ruang untuk kita agar kita dapat menerima rizkinya. Mungkin banyak juga diantara kita (termasuk saya pribadi) yang sebenarnya memiliki keinginan untuk bergerak maju dalam bidang tertentu, namun kenyataannya berbalik mendapatkan kerja yang sama sekali tidak pernah dipelajari melalui pendidikan atau pengalaman dan ternyata hasil kerja itu mampu mencukupi kita. Ini bukti bahwa Allah akan mengarahkan kita tanpa kita sadari untuk menerima rizki kita.

Setelah ini semua kita bahas, mungkin akan timbul kata berapa?. Yah berapa rizki yang akan kita terima, apa perlu kita kerja keras agar rizkinya banyak. Ini sudah dijawab juga oleh Allah melalui firmannya:
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh) (QS. Hud: 6)”
Ayat diatas menunjukkan bahwa tentang takaran rizki Allah sudah menetapkannya dan sesuai dengan proporsinya masing masing. Jadi tidak ada yang akan salah maupun tertukar. Kerja sekeras apapun tidak menjamin rizki banyak dan sebaliknya. Mungkin diantara kita pernah melihat (termasuk saya pribadi) sekumpulan orang yang bekerja siang malam tapi sedikit yang didapatkan dan ada seseorang yang terlihat santai dalam pekerjaan tapi memiliki segalanya. Inilah bukti bahwa Allah sudah memberikan sesuai dengan apa yang ditetapkan.

Pertanyaan terahir yang pasti terlintas diantara kita adalah, apakah pasrah adalah jalan yang terbaik dalam mensikapi rizki. Tidak, yang tepat adalah Syukur. Kenapa? Kenyataanya semua sudah ditetapkan mengapa harus diperjuangkan?. Sahabat pecinta kopi, inilah penutup yang penting buat kita. Soal rizki memang sudah ditetapkan tapi amal kita yang menentukan. Allah mengehendaki hambanya berusaha dan berdoa selayaknya hamba yang tidak memiliki apa-apa, disinilah Allah menilai seberapa bersih perbuatan hambanya dalam menjalani ujian didunia. Seberapa kuat hambanya melewati berbagai masalah dan sebaik apakah cara atau langkah yang digunakannya.

Intinya, mari kita bekerja sekuat tenaga dengan cara yang sebaik baiknya sebagai bentuk upaya seorang hamba yang mengharap ridlo-Nya. Karena amal atau usaha itulah yang akan dinilai oleh Allah sebagai bentuk pengabdian seorang hamba. Soal apapun dan seberapapun yang kita terima sebagai bentuk rizki dari-Nya ,itulah yang sepatunya kita syukuri sebagai nikmat-Nya.

0 komentar: