Jumat, 29 Agustus 2014

Dasar Teori
Pendekatan pembelajaran kontekstual (Contectual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat (Depdiknas, 2003: 5). Jadi, tujuan model pembelajaran ini menekankan pada implementasi dari hasil pembelajaran tersebut.

Pembelajaran Kontekstual atau Contectual teaching and learning dirancang dan dilaksanakan berdasarkan landasan filosofis Kontruktivisme yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengontruksi pengetahuan dibenak pikiran mereka, karena pada dasarnya pengetahuan tidak dapat di pisah-pisahkan menjadi fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan.

Pendekatan pembelajaran kontekstual (Contectual teaching and learning) memiliki tujuh komponen utama pembelajaran yang efektif, yaitu:
  • Kontruktivisme (contructivism) – Manusia harus mengontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
  • Menemukan (inquiry) – Proses pengetahuan tidak semata melalui transformasi tetapi juga ekspedisi dan eksperimen. Oleh karenanya siswa diajak utuk aktif dalam mencari pemahaman baru. 
  • Bertanya (questioning) – Bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. 
  • Masyarakat belajar (learning community) – Hasil belajar diperoleh dari sharing, antar teman, antar kelompok, dan antara mereka yang tahu ke mereka yang belum tahu, dengan cara ini pengetahuan siswa akan lebih kompleks. 
  • Pemodelan (modeling) – Pemodelan adalah sebuah pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu. Misalnya dalam penyampaian pengetahuan disertai dengan penggunaan alat peraga. 
  • Refleksi (reflection) – Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang telah kita lakukan di masa yang lalu. 
  • Penilaian yang sebenarnya (authentic assesment) – Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Oleh karenanya guru harus kompeten dalam menilai perkembangan siswa secara detail (tidak hanya dari hasil tes).
Berkenaan dengan komponen-komponen di atas dapat dikatakan bahwa, meskipun pada hakekatnya teori ini dikembangkan dari filosofis kontruktivisme tetapi pada proporsinya teori pembelajaran kontekstual ini juga mengadopsi teori-teori lain seperti behaviourisme dan sebagainya. Jadi secara garis besar dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran kontekstual (CTL) merupakan terobosan baru dalam pembelajaran, yang memadukan berbagai teori-teori belajar guna mencapaikegiatan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tujuan pendidikan. 
Aplikasi 
Berdasarkan pada dasar teori diatas, maka dalam proses pembelajaran teori pembelajaran kontekstual ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Identitas
  • Mata Pelajaran      : Pendidikan Kewarga Negara-an
  • Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi Makna Gotong Royong 
  • Kelas/ Semester     : VIII/ I
Kegiatan pembelajarannya sebagai berikut;
  1. Guru memberikan pengantar materi, selanjutnya membagi siswa secara berkelompok.
  2. Guru memberikan tugas untuk tiap-tiap kelompok agar mencatat apa yang ditemukan dilapangan berkenaan dengan makna gotong royong (inquiry). 
  3. Semua kelompok diajak kelapangan untuk ikut serta dalam kegiatan bhakti sosial di masyarakat (contructivism), dan guru bertugas mengawasi kegiatan tiap-tiap kelompok dan menilai keaktifan masing-masing siswa (authentic assesment). 
  4. Semua kelompok diajak kembali ke kelas dan mempresntasikan hasil pengamatan perwakilan masing-masing kelompok (reflection). 
  5. Kelompok lain diberikan kesempatan untuk memberikan respon terhadap jawaban yang dipresentasikan (learning community). Guru menyimpulkan makna gotong royong dari hasil pengamatan siswa dan memberikan penekanan agar kesimpulan tersebut dapat dipahami oleh siswa. Selanjutnya guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan apabila dari hasilpenyimpulan tersebut kurang atau belum dipahami siswa (questioning).

0 komentar: