Mungkin sebagian kita bertanya tentang bagaimana kita
diciptakan dan bagaimana prosesnya. Pertanyakan ini menjadi sangat penting
untuk kita ketahui karena dengan mengetahui sebuah proses kita akan mudah
memahami tujuan. Begitu juga dengan memahami siapa kita, akan dengan mudah
memahami tujuan penciptaan kita. Mari kita bahas sama sama, bagaimana sebagian besar diambil dari filsuf Imam
Al-Ghozali dalam kitab Ikhya’ Ulumuddin.
Dalam sebuah proses penciptaan diri kita, pertama kali Allah
telah menciptakan akal, dengan sebuah tujuan untuk mengontrol sisi baik dalam
diri kita. Ini dijelaskan dengan percakapan Allah dengan Akal berikut:
Allah : Man Anta? Wa-man Ana? (Siapa Kamu dan Siapa Aku?)Aqal : Ana Abdun Wa-Anta Rabbun (Saya Hamba dan Panjenengan Tuhan)Kemudian Allah melanjutkan dengan sebuah perintah:Allah : Aqbil? (Mengahadaplah)Aqal : Fa-Aqbala (Kemudian akal menghadap)Allah : Adbir (Berpalinglah)Aqal : Fa-Adbaro (Kemudian akal berpaling)Allah : Bagus dan buruknya manusia nantinya tergantung kamu wahai aqal. Jika kamu baik, maka baiklah seluruh diri manusia, dan sebaliknya jika kamu buruk maka buruklah seluruh diri manusia.
Beginilah kira-kira gambaran proses awal diciptakannya aqal beserta
trainingnya sebelum akhirnya disatukan dalam tubuh dan jiwa manusia.
Kesimpulannya, akal merupakan sebuah penciptaan suci dari Allah yang murni
berorientasi pada kebaikan.
Nafsu
Berikutnya Allah menciptakan sebuah nafsu, kala itu sebagai
ujian Allah menanyakan hal yang sama seperti yang dilakukan pada aqal.
Allah : Man Anta? Wa-man Ana? (Siapa Kamu dan Siapa Aku?)Nasfu : Ana ana Wa-Anta anta (Saya ya saya dan kamu ya kamu)
Kemudian Allah memasukkannya kedalam neraka yang panas
selama 1000 tahun, dan diajukan pertanyaan yang sama dan nafsu tetap menjawab
hal yang sama pula. Lantas Allah memasukkan ke dalam neraka dingin selama 1000
tahun, dan tetap menjawab hal yang sama. Barulah ketika Allah memasukkannya
kembali ke dalam neraka lapar selama 1000 tahun dan kemudian nafsu menjawab
sebagaimana jawaban benarnya aqal. Kesimpulannya, nafsu memiliki orientasi pada
kebaikan dan keburukan tetapi lebih besar keburukannya. Disinilah nantinya aqal memiliki tugas untuk
menyeimbangkan dua potensi nafsu tersebut. Jika lebih dominan keburukannya,
maka aqal kita gagal dalam mengemban tugasnya dan jika lebih dominan kebaikannya
maka aqal berhasil menjaga amanah Allah.
Ruh
Pada masa penciptaan akal dan nafsu tersebut, ruh sedang
berada dalam antrian untuk diturunkan kedunia disuatu tempat bernama Ruhul-Jadid.
Tentang bagaimanakah ruh ini dan seperti
apa, itu sudah diperjelas Allah bahwa “Qulirr-ruuhu min amri Rabbi” artinya
untuk segala detail dan urusan ruh itu hanya Allah yang tahu dan mengaturnya. Ruh inilah yang nantinya disebut sebagai
manusia. Ruh ini muncul/diciptakan dari pancaran cahaya Ilahiyah yang sudah
pasti suci dan bersih dari segala sifat buruk. Kesimpulannya, ruh atau manusia yang
berasal dari cahaya Allah inilah yang nantinya akan merasakan keberadaan Allah
dan membantu akal dalam menemukan keyakinannya tentang Allah.
Jasad / Badan
Saat ketiga unsur ini
telah siap, disisi lain badan kita telah diproses Allah melalui hubungan intim
kedua orangtua kita di dunia. Inilah proses ketiga unsur tersebut akan
disatukan oleh Allah. Saat seperma telah bertemu ovum (sel telur) dan berhasil
saat itulah aqal dan nafsu diturunkan ke dunia melalui proses pembentukan
tersebut. Aqal bertempat di bagian belakang kepala dan nafsu mengikuti seluruh
aliran darah yang membentuk tulang dan daging. Baru pada masa usia kandungan 4
bulan Allah menurunkah manusia tepat dalam jantung hati. Selanjutnya semua
berproses hingga lahirnya keempat unsur tersebut di dunia.
Begitulah proses penciptakan diri kita ini ke dalam dunia,
beserta unsur-unsurnya. Semoga pelajaran ini bisa kita ambil hikmahnya dan
menjadikan jalan buat kita untuk mendapat karuniah-Nya. Bagaimana selanjutnya
keempat unsur ini menjalani kehidupan dunia insyaallah akan kita bahas
berikutnya.
0 komentar: